Apakah Minuman Manis Kemasan Sebabkan Diabetes? Ini Penjelasan Ahli Gizi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sempat heboh soal minuman es teh yang terlalu manis dapat memicu diabetes. Sehingga, tak jarang warganet yang bertanya apakah minuman es teh manis dalam kemasan juga bisa sebabkan diabetes?.
Mendengar hal ini, ahli gizi dr Cindiawaty J Pudjiadi menjelaskan bahwa minuman manis, baik dalam kemasan ataupun yang dijual di toko bisa memicu diabetes jika asupan gula yang dikonsumsi tidak dikontrol.
"Sehingga kita perlu lebih kritis untuk menanyakan berapa (kadarnya), kalau kita mau supaya kandungan gulanya terkontrol. Nah kalau kita nggak kontrol atau minum gula-gula seharian itu akan repot risiko kegemukan, diabetes itu akan ada," ujar dr Cindiawaty, dokter spesialis gizi klinik di Jakarta, Kamis (29/9/2022).
Perbedaan dalam minuman manis di kemasan dan di jual di Toko atau pinggir jalan, terlihat dari tertulis atau tidaknya kadar gula. Menurutnya minuman manis kemasan tertera, itu memudahkan seseorang mengontrol kadar gulanya.
Sehubungan dengan itu, pola pikir yang kritis didukung oleh dr Cindiawaty untuk menjaga asupan gula setiap harinya.
"jadi lebih dikahwatirkan di toko? iya. kecuali sudah dituliskan jadi kita bisa mengaturnya. Sehingga pembelinya harus pandai untuk memahami kontrol gulanya berapa," jelasnya.
Sekadar informasi di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 dan tahun 2018 menunjukkan bahwa tren prevalensi penyakit Diabetes Melitus di Indonesia meningkat dari 6,9% menjadi 8,5 %, prevalensi penyakit DM menurut diagnosa dokter meningkat dari 1,2% menjadi 2%.
Menurut Kementerian Kesehatan patut menjadi perhatian, karena peningkatan prevalensi berat badan berlebih dan obesitas pada anak muda meningkat 2 kali lipat dalam 10 tahun terakhir.
Data tahun 2015 menunjukkan prevalensi berat badan berlebih pada anak-anak usia 5-19 tahun dari 8,6% pada 2006 menjadi 15,4% pada 2016 dan obesitas pada anak-anak usia 5-19 tahun dari 2,8% pada 2006 menjadi 6,1% pada 2016.
Mendengar hal ini, ahli gizi dr Cindiawaty J Pudjiadi menjelaskan bahwa minuman manis, baik dalam kemasan ataupun yang dijual di toko bisa memicu diabetes jika asupan gula yang dikonsumsi tidak dikontrol.
"Sehingga kita perlu lebih kritis untuk menanyakan berapa (kadarnya), kalau kita mau supaya kandungan gulanya terkontrol. Nah kalau kita nggak kontrol atau minum gula-gula seharian itu akan repot risiko kegemukan, diabetes itu akan ada," ujar dr Cindiawaty, dokter spesialis gizi klinik di Jakarta, Kamis (29/9/2022).
Perbedaan dalam minuman manis di kemasan dan di jual di Toko atau pinggir jalan, terlihat dari tertulis atau tidaknya kadar gula. Menurutnya minuman manis kemasan tertera, itu memudahkan seseorang mengontrol kadar gulanya.
Sehubungan dengan itu, pola pikir yang kritis didukung oleh dr Cindiawaty untuk menjaga asupan gula setiap harinya.
"jadi lebih dikahwatirkan di toko? iya. kecuali sudah dituliskan jadi kita bisa mengaturnya. Sehingga pembelinya harus pandai untuk memahami kontrol gulanya berapa," jelasnya.
Sekadar informasi di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 dan tahun 2018 menunjukkan bahwa tren prevalensi penyakit Diabetes Melitus di Indonesia meningkat dari 6,9% menjadi 8,5 %, prevalensi penyakit DM menurut diagnosa dokter meningkat dari 1,2% menjadi 2%.
Menurut Kementerian Kesehatan patut menjadi perhatian, karena peningkatan prevalensi berat badan berlebih dan obesitas pada anak muda meningkat 2 kali lipat dalam 10 tahun terakhir.
Data tahun 2015 menunjukkan prevalensi berat badan berlebih pada anak-anak usia 5-19 tahun dari 8,6% pada 2006 menjadi 15,4% pada 2016 dan obesitas pada anak-anak usia 5-19 tahun dari 2,8% pada 2006 menjadi 6,1% pada 2016.
(hri)